Bagai Debu yang Berhamburan

Bagai Debu yang Berhamburan Kami, bagai debu. Melayang bersama - sama debu lainnya. Satu suara, satu tujuan. Dimana arah angin terbang, kami mengikuti. Kami, bagai debu. Mengotori dunia dan merusak lingkungan. Memperkeruh air yang bening. Dan membuat sesak makhluk hidup. Kami, bagai debu. Tipis, tak terlihat dalam penglihatan. Tak menghargai adanya kami. Padahal kita selalu bersama debu lainnya. Kami, bagai debu. Ketika sang penguasa merajai. Tak memandang hal sekecil kami. Malah menghancurkan, bagai debu yang berhamburan.

Opini Pesta Demokrasi 2019

Nampaknya pesta yang digandrungi oleh setiap warga negara indonesia tak semanis namanya.
Berbagai tindakan yang menyeleweng dan merusak arti dari demokrasi pun hadir secara terang - terangan.
Diperindah secara sistematis dan tanpa adanya kecurigaan pada saat itu.
Sampai akhirnya pesta usai dan masih meninggalkan luka yang cukup dalam bagi ibu pertiwi.

Terlihat beberapa kasus yang hadir yang diselimuti duka usai pesta demokrasi.
Salah satunya adalah penggelembungan surat suara yang diatur secara sistematis, rapih, dan teratur.
Yang tentunya hal ini dapat menguntungkan salah satu pasangan calon legislatif, presiden, dan wakil presiden.

ini merupakan salah satu dari luka yang tersayat rapih yang perlahan merusak arti demokrasi yang sesungguhnya.
Bukan hanya itu saja, bentuk kecurangan yang bukan bentuk dari negara demokrasi adalah wafatnya panitia dari penyelenggara pemilu.

Hasil publikasi dari wafatnya panitia penyelenggara pemilu yaitu dikarenakan kelelahan pada saat pesta demokrasi berlangsung yaitu mulai dari persiapan sosialisasi terhadap warga sekitar terkait calon terpilih, lalu distribusi surat suara yang terjangkau hingga kepelosok negeri,
pada saat pemilu berlangsung, hingga pada saat pemungutan surat suara dari kecamatan, kota, dan nasional.

Hal ini menimbulkan pertanyaan besar terhadap salah satu dokter mengapa hal tersebut bisa terjadi dengan jumlah kematian panitia yang cukup besar.
Setelah diadakannya beberapa penelitian dan data forensik akibat dari wafatnya panitia penyelenggara pemilu tidak sesuai.

Hal ini cukup janggal dan para stasiun tv pun sudah mempublikasikan informasi yaitu kematian panitia penyelenggara pemilu akibat dari kelelahan yang informasinya sudah ditelan oleh masyarakat khlayak ramai.

Dalam hal ini pun korban yang wafat pun tidak serta merta di publikasikan jumlah yang terverifikasi dengan benar.

Hal ini membuat masyarakat bertanya - tanya, apakah yang disembunyikan oleh para media stasiun tv? mengapa tidak didata secara spesifik korban yang wafat?
Entah hanya Allah yang maha mengetahui.

23 Mei 2019

Stasiun tv turut hadir menampilkan berita teraktual yang ada dilapangan
Massa berunjuk rasa meminta suara didengar oleh penegak hukum.
Barisan kawat berduri menari mengelilingi gedung konstitusi.

Para ahli disiapkan berupaya memberikan yang terbaik dalam jalannya sidang.
Para hakim mendengarkan opini maupun penjelesan terkait dari setiap anggota sidang.

Wartawan mencari posisi yang terbaik dalam melakukan acara yang berpengaruh ini.
Turut massa yang meneriakkan suara agar didengar.
Serta aparat yang bersiaga penuh menjaga dan tidak bersifat memihak dalam tugasnya.

Sidang MK berlangsung khidmat.
Semua mengeluarkan pendapat serta bukti yang mereka miliki.
Beradu pendapat yang tentu tidak saling menjatuhkan.

Hanya saling check n balance antar pihak yang beradu.
Kami sebagai rakyat hanya bisa menyaksikan dan mengawal sidang yang berlangsung selama berhari - hari.

Yang tentu menguras waktu yang guna Indonesia kedepan.
Tujuan dalam acara ini adalah mencari jalan keadilan yang dirasakan oleh setiap pihak mulai dari yang terkait, pemohon, bawaslu.

Para pihak mengemukakan apa yang menjadi "unek-unek" yang selama proses pesta demokrasi berlangsung.
Dengan begitu dimohon pihak penegak hukum, mampu memeberikan putusan yang bisa diterima secara akal sehat dan tidak dicampuri dengan adanya interferensi dari berbagai pihak.

Comments

Popular Post

Proses

Bagai Debu yang Berhamburan

Sampaikan suratku untuk wanita yang kudamba